Senin, 02 November 2015

Pengorganisasian Struktur Manajemen dan Actuating dalam Manajemen

 A.    Pengorganisasian struktur manajemen

 

1.      Pengertian struktur organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

2.      Jelaskan pengorganisasian sebagai fungsi dari manajemen yang meliputi struktur formal  dan informal!
a.       Organisasi formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikakan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
b.      Organisasi informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh: arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD, kemping ke gunung pangrango ramai-ramai dengan teman, dan lain-lain.

3.      Jelaskan manfaat struktur fungsional dan struktur divisional!
Manfaat struktur fungsional:
- Mempergunaka sumberdaya khusus secara efisien
- Supervisi dapat dilakukan lebihh mudah
- Mengembangkan keahliann fungsional
- Mudah memobilisasi ketrampilan khusus
- Memelihara kendali terpusat atas keputusan strategis
- Berkaitan erat dengan strategi melalui kegiatan kunci sebagai unit terpisah

Manfaat struktur divisional:
- Perkerjaan keseluruhan lebih mudah dikoordinasikan prestasi kerja tinggi dapat  
  dipertahankan
- Keputusan lebih cepat
- Lebih mudah untuk menilai prestasi kerja
- Pengembangan dan strategi dekat dengan lingkungan
- Memberikan landasan pelatihan bagi para majer strategis
- Lebih terfokus pada produk, pasar dan tanggapan cepat terhadap perubahan
- Spesialisasi fungsional masih terpelihara pada masing-masaing divisi.

4.      Jelaskan kerugian dari struktur fungsional dan struktur divisional!
Kerugian Struktur Fungisional:
- Respon organisasi terhadap perubahan kondisi lingkungan lambat
- Koordinasi antar bagian atau fungsi tidak terlalu baik
- Inovasi terbatas
- Pandangan terhadap sasaran agak terbatas, anggota organisasi cenderung hanya
  memperhatikan
- Sulit untuk menentukan mana yang harus bertanggungjawab
- Sulit untuk menilai prestasi kerja
- Mengandung potensi yang kuat untuk terjadinya konflik antarfungsi

Kerugian struktur divisional:
- Menambah biaya karena adanya duplikasi karyawan, operasi, dan investasi
- Kompetisi disfungsional antardivisi bisa mengurangi kinerja perusahaan secara
  Keseluruhan
- Kesulitan dalam mempertahankan citra perusahaan
- Terlalu menekankan pada kinerja jangka pendek

5.      Kasus organisasi;

KONFLIK ISLAM MODERN DAN ISLAM TRADISIONAL DI INDONESIA

Dialektika Muhammadiyah dan NU dalam sejarah politik Islam di Indonesia, dapat dirunut, paling tidak, sejak lahir tahun 1930-an, melalui MIAI (Majelis Islam A,la Indonesia), sebuah federasi untuk membina kerja sama berbagai organisasi Islam. Kompetisi dan konstelasi kedua tradisi Islam ini, sepanjang Orde Lama dan Orde Baru, tampak dari rivalitas keduanya dalam Masyumi sepanjang tahun 1945-1952 dan di PPP sepanjang tahun 1973-1984, respon terhadap Demokrasi Terpimpin dan Nasakom, serta respons terhadap rezim Orba. Belum lagi persaingan dalam memperebutkan berbagai jabatan politik. Karena itu, dapat dimengerti bila persaingan ini pada akhirnya juga merambah bidang lain, termasuk pendekatan dalam mengembangkan civil society.
Antagonisme politik yang terjadi antara Islam modernis dengan pemerintah yang berlangsung sejak tahun 1960 (ketika Masyumi dipaksa membubarkan diri oleh Presiden Soekarno), membuat kalangan modernis mencoba mencari landasan teologis baru guna berpartisipasi dalam “develomentalisme” Orba. Tahun 1971, dalam Muktamar di Ujung Pandang, Muhammadiyah menyatakan tidak berafiliasi terhadap salah satu partai politik manapun. Hal ini hampir bersamaan dengan wacana yang dikembangkan generasi baru intelektual Islam, yang sejak dasawarsa 1970-an berusaha mengembangkan format politik baru yang lebih menekankan aspek substansial. Motivasi kalangan modernis agar bisa terakomodasi dalam proses pembangunan Orba seperti ini menyebabkan mereka mengembangkan civil society dengan pendekatan Hegelian, yang memiliki ciri (1) lebih menekankan fungsi komplementatif dan suplementatif. Dengan ciri seperti ini, sipil society berfungsi melaksanakan sebagian peran-peran negara. (2) Menekankan pentingnya kelas menengah. Tentu saja kelas menengah yang sedikit banyak bergantung kepada state. Karena sebagaimana lazimnya negara dunia ketiga yang sedang berkembang, state memegang peranan penting dalam seluruh sektor kehidupan.
Pendekatan Hegelian seperti diadopsi oleh Muhammadiyah ini, mendapat kritik tajam dari Alexis de Tocqueville. Ini disebabkan, karena dalam pemikiran Hegel, posisi negara dianggap sebagai standar terakhir. Seolah-olah, hanya pada dataran negara sajalah politik bisa berlangsung secara murni dan utuh, sehingga posisi dominan negara bermakna positif. Dengan demikian civil society akan kehilangan dimensi politik dan tergantung manipulasi dan intervensi negara. Pendekatan Tocquevellian yang diadopsi NU, menekankan fungsi civil society sebagai counter balancing terhadap negara, dengan melakukan penguatan organisasi-organisasi independen di masyarakat dan pencangkokkan civic culture untuk membangun budaya demokratis. Pendekatan Tocquevellian ini digunakan karena sepanjang dua dasawarsa awal Orba, NU tidak memperoleh tempat dalam proses-proses politik. Marginalisasi politik ini, disebabkan karena rezim Orba hanya mengakomodasi kelompok Islam yang mendukung modernisasi, dan itu didapat dari kalangan modernis yang sudah lebih dulu melakukan pembaruan pemikiran politik Islam. Selain itu, tentu saja, akibat rivalitas dengan kalangan modernis yang menjadi kelompok dominan di PPP. Dengan demikian, dapat dimengerti jika sejak muktamar 1984 di Situbondo, NU menyatakan kembali khitah 1926, dan mengundurkan diri dari politik praktis, yang secara otomatis menarik dukungan dari PPP.
Dengan motivasi seperti itu, maka sejak akhir dasawarsa 1980-an, aktivis NU banyak diarahkan pada penciptaan free public sphere, tempat dimana transaksi komunikasi bisa dilakukan warga masyarakat secara bebas dan terbuka. Upaya ini dilakukan dengan cara advokasi masyarakat kelas bawah, dan penguatan LSM. Mereka meyakini, civil society hanya bisa dibangun jika masyarakat memiliki kemandirian dalam arti seutuhnya, serta terhindar dari jaring intervensi dan kooptasi negara. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati kiprah NU sejak awal dasawarsa 1990-an. Ketika kalangan Islam modernis terakomodasi dlam state (ICMI), Gus Dur mendirikan forum demokrasi, dan aktivitas NU secara umum diarahkan untuk menciptakan ruang publik diluar state dengan banyak bergerak dalam LSM-LSM dan kelompok-kelompok studi. Inilah peran Gus Dur dan NU sebagai kekuatan penyeimbang dan berhadapan vis-à-vis negara. Mereka ini pada awalnya menjadikan Islam modernis yang terakomodasi dalam state sebagai lahan kritik (Hikam:1999). Bagi mereka, modernisme tidak lagi dianggap sebagai satu-satunya sumber gagasan kemajuan dan dipuja sebagai dewa penyelamat bagi peradaban manusia. Karena modernisme itu sendiri terbukti tidak mampu memenuhi janji-janji kemajuannya. Bahkan, dalam beberapa hal, modernisme meninggalkan banyak petaka.

Cara Penyelesaian:
Menurut saya dalam berorganisasi jika ada permasalahan atau konflik yg menyangkut bagi masyarakat banyak hendaklah harus dengan pemikiran yg dingin, cari jalan keluar yang sesuai dengan kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi serta  jangan lupa tidak keluar dari kaidah - kaidah yg sudah ada dalam keorganisasian

Kesimpulan:
Konflik yang semakin mengental antara Islam modern (Muhammadiyah) dengan Islam tradisional (Nahdatul Umat) dengan puncak klimaksnya ketika K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terpilih sebagai Presiden RI ke-4, maka emosi politikpun menyusup kedalam gerakan kultural kedua Ormas tersebut. Dimana sebenarnya perbedaan pemikiran kedua ormas itu tidaklah terlalu jauh, karena secara subtantif, kedua aktivis ormas terbesar itu mempunyai titik temu dalam aras mengusung wacana baru yang menyemangati transformasi, inklusivitas, dan progresivitas.

Sejarah membuktikan, perseteruan politik kerapkali meruntuhkan singgasana kultural yang mempunyai komitmen untuk membangun civil society. Hal tersebut dapat dilihat dari retaknya hubungan antara Gus Dur (tokoh NU) dan Amien Rais (Tokoh Muhammadiyah), karena keduanya sedang bertarung dalam domain politik yang implikasinya sangat besar terhadap bangunan kultural yang berkecambah dalam kedua ormas tersebut. Oleh karena itu, harapan besar berada diatas pundak aktivis muda NU dan Muhammadiyah untuk mewujudkan hubungan yang sinergis. Disinilah gerakan kultural dalam kedua ormas tersebut dipertaruhkan.



Sumber:
Afifuddin,M.M. (2012). Dasar-dasar Manajemen. Bandung: ALFABETA. Di akses pada  2 november 2015 dari: http://deaalliqafitri.blogspot.co.id/2013/11/tugas-5-manfaat-kerugian-struktur.html

Manulang, M. (2012). DASAR-DASAR MANAJEMEN. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Di akses pada 2 november 2015 dari: http://deaalliqafitri.blogspot.co.id/2013/11/tugas-5-manfaat-kerugian-struktur.html

Satrio, Putut. (2012). Contoh kasus konflik manajemen organisasiDiakses pada 2 november 2015 dari: http://puthutsatrio.blogspot.com/2012/04/contoh-kasus-konflik-manajemen.html

 

http://www.manajemenn.web.id/2011/08/pengertian-pengorganisasian.html


http://repastrepost.blogspot.co.id/2013/11/pengorganisasian-dalam-manajemen.html


 B. Actuating dalam manajemen

1.     Jelaskan pengertian actuating dalam manajemen!
George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa “Actuating merupakan usaha menggerakan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.” Jadi actuating adalah usaha menggerakan seluruh orang yang terkait, untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dengan benar.

2.      Jelaskan pentingnya actuating dalam manajemen!
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan non-manusia pada pelaksanaan tugas.Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi, peran, keahlian, dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.

3.      Jelaskan prinsip actuating dalam manajemen!
Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahan dalam melakukan actuating, yaitu :
a.    Prinsip mengarah pada tujuan àTujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan.artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
b.      Prinsip keharmonisan dengan tujuan à Orang-orang bekerja untuk dapat                               memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan   
      perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu.  
      Motivasi yang  baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya 
      dengan cara yang wajar.
c.     Prinsip kesatuan komando à Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk 
     menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan 
     hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya.
  
Sumber:
Covey, Stepehen. R. (1997). The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang sangat efektif) (edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto). Jakarta: Binarupa Aksara. Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html

Halim,Abduldkk.2003.Sistem Pengendalian Manajemen Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html

Jones, Gareth R. (1995). Organizational Theory : Text and Cases. Addison Wesley. Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html

Mulyono. (2008). Manajemen administrasi dan organisasi pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Di akses pada 2 november 2015 dari: http://www.rumahbelajar.web.id/pengertian-dan-fungsi-serta-peranan-actuating-penggerakan/
Stoner, James A.F. et alv. (1995). Managemen (6th Ed). Prentice Hall Inc: Englewood Cliffs. Diakses pada 2 november 2015 dari: http://alinelizabeth2.blogspot.co.id/2014/11/actuating-dalam-manajemen.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar